Jumat, 23 September 2016

Metodologi Penelitian Bahasa



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi seseorang. Kebutuhan yang tidak dapat diganti dengan yang lain. Karena pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu yang mengembangkan kualitas, potensi dan bakat diri. Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kebodohan menjadi pintar dan kurang paham menjadi paham. Pada intinya pendidikan membentuk jasmani dan rohani menjadi sempurna.
Pendidikan menurut Marimba adalah "bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik tehadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama"[1]. Sedangkan pendidikan menurut ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setingginya[2].
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media[3].
Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Salah satu media yang digunakan dalam pembelajarannya itu Kaset dan Tape Recorder. Media ini sering digunakan dalam pembelajaran bahasa.
Sebuah kaset yang direncanakan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah program yang dapat dipergunakan sebagai bahan ajar. Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat secara berulang-ulang diperdengarkan kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai bahan ajar. Bahan ajar kaset biasanya digunakan untuk pembelajaran bahasa atau pembelajaran musik. Bahan ajar Kaset tidak dapat berdiri sendiri, dalam penggunaannya memerlukan bantuan alat dan bahan lainnya seperti Tape Recorder dan lembar scenario guru.[4]
Alat ini sudah memasyarakat. Alat ini sangat serasi untuk digunakan dalam pelajaran bahasa. Keuntungan penggunaan alat ini antara lain murid dapat mendengarkan kembali apa yang dibacanya, dapat digunakan dalam interview, memudahkan pemahaman terhadap penguasaan anak terutama dalam pelajaran bahasa.[5]
Namun kenyataan yang dihadapi lain dari yang diharapkan. Masih banyak anak yang sulit memahami bahasa Arab, walaupun telah tersedia berbagai media yang digunakan oleh guru. Banyak masalah-masalah yang dihadapi peserta didik terkait dengan pembelajaran Bahasa Arab. Berdasarkan data di lapangan: Dari hasil wawancara saya pada hari senin  di MTsN Kauman Ponorogo, pukul 13.00-13.30 WIB, menurut guru yang mengajar bahasa Arab masih banyak siswa kelas IX yang belum faham dengan bahasa Arab. Mereka masih sulit dalam melafalkan kosa kata bahasa arab dan memahami artinya dengan baik dan benar. Kejadian ini dapat diidentifikasikan sebagai kurangnya keberhasilan dalam pembelajaran Bahasa Arab.
Untuk itu penelitian ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut. Banyak masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait dengan soal pembelajaran Bahasa Arab. Dugaan sementara masalah tersebut adalah sumber belajar yang kurang lengkap. Dikatakan bahwa, yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi pelajar.[6]
Sumber belajar banyak sekali terdapat di mana-mana, di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan,dan sebagainya. Para ahli sepakat bahwa segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[7] Dikatakan juga bahwa, dalam pengembangan sumber belajar, guru disamping harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih konkrit. Untuk kepentingan tersebut perlu senantiasa diupayakan peningkatan pengetahuan guru dan didorong terus untuk menjadi guru yang kreatif dan profesional, terutama dalam pengadaan serta pendayagunaan fasilitas dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal”.[8]


Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul "PENGGUNAAN MEDIA KASET DAN TAPE RECORDER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB KELAS IX MTsN KAUMAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2015/2016".

B.       Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah implementasi dan seberapa penting pembelajaran Bahasa Arab dengan penggunaan media Kaset dan Tape Recorder, serta upaya untuk mewujudkan pembelajaran bahasa Arab yang efektif dengan penggunaan media Kaset dan Tape Recorder di MTsN Kauman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016.
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui penggunaan media Kaset dan Tape Recorder terhadap pembelajaran Bahasa Arab di MTsN Kauman Ponorogo, untuk mengetahui implementasi pembelajaran Bahasa Arab di MTsN Kauman Ponorogo, dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penggunaan media Kaset dan Tape Recorder di MTsN Kauman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016.
Manfaat secara teoritis dari hasil penelitian ini akan menemukan konsep tentang penggunaan media Kaset dan Tape Recorder. Sedangkan secara praktis yakni:
a) Bagi kepala sekolah; memberikan wawasan dan pemikiran serta kemajuan dalam perbaikan fasilitas atau media pembelajaran, khususnya media pembelajaran bahasa Arab,
b) Bagi guru; memberikan gambaran umum tentang pentingnya media, khususnya media pembelajaran bahasa Arab sehingga memudahkan para guru dalam penyampaian materi dan informasi-informasi kepada peserta didik, dan
c) Bagi  peneliti mengetahui pentingnya penggunaan media pembelajaran Kaset dan Tape Recorder dalam pembelajaran bahasa Arab dan upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dengan penggunaan media Kaset dan Tape Recorder di MTsN Kauman Ponorogo.

C.      Tinjauan Pustaka
Dari penelusuran yang telah dilakukan di ruang skripsi perpustakaan STAIN Ponorogo, ada 2 judul skripsi yang menuliskan terkait dengan media pembelajaran, yaitu milik Lilik Purnami, NIM. 243982079, (2003) yang berjudul "Pengaruh Pemanfaatan Media Pengajaran Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Arab Kelas I Di MTsN Ponorogo", dan milik Willy Defrant Sa’id Mabruri, NIM 243062155, (2010) yang berjudul Problematika Pengadaan Media Pembelajaran PAI di Mts Ma’arif Al-Bajuri Klaten Gegeran Sukorejo Ponorogo”.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran sangat berpengaruh positif dalam pembelajaran siswa di MTsN Ponorogo dan Mts Ma’arif Al-Bajuri Klaten Sukorejo Ponorogo, para siswa semakin bersemangat dalam belajar karena dengan penggunaan media pembelajaran menjadi menyenangkan dan terlihat tidak monoton. Dan sangat membantu siswa dalam memahami pelajaran bahasa Arab khususnya dalam hal pelafalan dan lahjahnya.
D.      Metode Penelitian
1.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, dan  makna merupakan hal yang esensial.[9]
Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu etnografi, studi kasus, teori grounded, penelitian interaktif, penelitian ekologikal dan penelitian masa depan.[10]
Dan  dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan  sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat.  Studi kasus dapat digunakan secara  tepat dalam banyak bidang. Disamping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.[11]
2.    Lokasi  Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah MTsN Kauman Ponorogo, Jl. Kembang Sore Ds. Karanglo Kidul Jambon Ponorogo dengan alasan bahwa lembaga tersebut dalam pengembangan kualitas pendidikannya telah menerapkan program pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan terutama dalam menigkatkan mutu para siswanya dan hal itu berawal dari adanya suatu kasus yang melatarbelakanginya.
3.    Sumber Data
            Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah: kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan  sumber data tertulisadalah sebagai sumber data tambahan.[12]

4.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan  interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung  dan disamping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4 tahapan, yakni:
a.    Tahap pra lapangan ini dilakukan peneliti mulai hari Jum’at 27 Mei 2016 hingga Selasa 2 Juni 2016
b.    Tahapan pekerjaan lapangan ini dilakukan peneliti mulai Sabtu 13 April 2016 hingga Senin 15 Mei 2016
c.    Tahapan analisis data ini dilakukan peneliti mulai Rabu 17 Mei 2016 hingga Kamis 18 Mei 2016.

5.    Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain.[13]
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.[14]
Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif,[15]mengikuti konsep yang diberikan Miles & Huberman dan Spradley. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data reduction,[16]data display[17]dan conclusion.[18]


BAB II
 SUMBER BELAJAR

A.      Sumber Pembelajaran
Yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian,  sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi pelajar. Sumber belajar banyak sekali terdapat di mana-mana, di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Para ahli sepakat bahwa segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[19]
Dalam Pengembangan sumber belajar, guru disamping harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif mendaya gunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih konkrit. Untuk kepentingan tersebut perlu senantiasa diupayakan peningkatan pengetahuan guru dan didorong terus untuk menjadi guru yang kreatif dan profesional, terutama dalam pengadaan serta pendayagunaan fasilitas dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal.[20]  
Sumber–sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada 1). Buku pelajaran yang sengaja disiapkan dan berkenaan dengan mata ajaran tertentu, 2). Pribadi guru sendiri yang pada dasarnya merupakan sumber tak tertulis dan sangat penting serta sangat kaya dan luas,yang perlu dimanfaatkan secara maksimal, 3). Sumber masyarakat.[21] Ada banyak sumber belajar  yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk lebih memperjelas bahan yang disajikan, misalnya, buku, media dan lingkungan.[22] Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, dan ketrampilan, dalam proses belajar mengajar. Sumber belajar pada garis besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1). Manusia, 2). Bahan, 3). Lingkungan, 4). Alat dan Peralatan, 5). Aktifitas.[23]
B. Media Pembelajaran
Adapun media yang berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasaaila) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.[24]
Disisi lain, dalam pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, banyak permasalahan yang muncul di lapangan. banyak kesulitan yang dihadapi oleh pembelajar antara lain : 1) pengucapan beberapa bunyi yang tidak sama dengan bahasa Indonesia, 2) tulisan huruf/kata/kalimat yang berbeda dengan bahasa yang dikuasai oleh pembelajar, 3) penyesuaian makna kata yang sangat beragam dalam bahasa Arab, 4) struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa yang telah dikuasai oleh pembelajar dan lain-lain.[25]

BAB III
HASIL PENELITIAN

A.      Data Umum
1.    Sejarah MTsN Kauman Ponorogo
Madrasah Tsanawiyah Negeri Kauman didirikan pada tahun 1984. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada lembaga Madrasah Tsanawiyah, yang mana untuk memenuhi tuntutan masyarakat tidak hanya bergantung pada sarana dan prasarana dan sumber daya manusia yang tersedia, akan tetapi juga bergantung pada mekanisme dan system pengelolaan yang tertib dan baik yang diperankan oleh pimpinan dan pengelola Madrasah. Maka untuk mengatur Madrasah dengan Mekanisme dan system pengelolaan yang tertib dan baik, sesuai dengan jiwa manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), Pimpinan dan pengelola Madrasah, perlu mengembangkan ketrampilan dalam perencanaan dan pengelolaan Madrasah.
Dengan ketrampilan dalam perencanaan strategi dan pengelolaan pendidikan diharapkan mampu meningkatkan Kwalitas, Efisiensi pendidikan Madrasah, serta dalam rangka menyiapkan kader yang berkemampuan seimbang antara IMTEK DAN IPTEK, serta meningkatkan mutu berbasis sekolah (School – based quality improvement) yang mana menjadikan sekolah sebagai sekolah yang efektif, maka sangat diperlukan perencanaan sekolah yang strategis.
Nama Madrasah    : MTs N Kauman – Ponorogo
Alamat Madrasah  : Jl. Kembang Sore Ds. Karanglo Kidul Jambon Ponorogo
Status Madrasah    : Negeri
Madrasah Tsanawiyah Negeri Kauman SK MenagRI No. 515A / 1995 Tanggal 25 Nopember 1995 dengan Nomor Statistik Madrasah (NSM) 211350212003 Nomor Identitas Sekolah (NIS) 210010

1.      SEJARAH BERDIRINYA MADRASAH
Bahwa di Desa Karanglo Kidul Kec. Jambon ini pada tahun 1983 akan didirikan Gereja (Kristiani) maka atas saran tokoh masyarakat sebelum didirikan masyarakat mengusulkan ke Departemen Agama supaya didirikan Madrasah Tsanawiyah Negeri.
Maka pada tahun 1984 didirikan MTs Kauman Filial MTsN Ponorogo, kemudian pada tahun 1995 dengan SK Menag 516A/1995 tanggal 25 Nopember 1995 menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri Kauman penuh.
2.      VISI, MISI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KAUMAN PONOROGO
VISI:

TERBENTUKNYA PRIBADI PESERTA DIDIK YANG BERIMAN, BERMORAL, CERDAS,  BERBUDAYA DAN MENGAKTUALISASI DALAM MASYARAKAT

Indikatornya :
a.   Terwujudnya kader ummat yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta menjalankan ibadah sehari-hari dengan kesadaran karena takut kepada Allah.
b.   Terwujudnya kader ummat yang berperilaku sopan, berakhlak mulia serta mampu menjalankan dengan kesadaran dirinya.
c.   Terwujudnya kader ummat yang berwawasan luas serta  berilmu yang berguna bagi masa depannya .
d.   Mampu mengaktualisasi dirinya dalam masyarakat yang berbudaya.



MISI:
a.   Melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar (PBM) seefektif  dan bermutu, sehingga siswa dapat berkembang secara maksimal.
b.   Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran  Islam, yang dianut dan juga budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
c.   Pembiasaan  berperilaku dan bertutur kata yang sopan berahklakul karimah serta pelaksanaan perintah agama.
d.   Berkompetisi mengembangkan wawasan keilmuan baik ilmu agama maupun ilmu umum.
e.   Mengupayakan dengan maksimal mengantarkan anak tuntas dalam belajar.
f.    Menerapkan manajemen berbasis mutu madrasah dengan melibatkan seluruh warga madrasah dan komite madrasah.
3.      TUJUAN MADRASAH
a.  Anak terbiasa berkomunikasi dengan bahasa yang santun , bertingkah laku Islami serta aktif melaksanakan kegiatan keagamaan seperti, tadarus Al-Qur’an, doa bersama dan Sholat Dzuhur berjamaah.
b.  Siswa mempunyai ketrampilan tertentu dalam bidang ekstra kurikuler seperti :
      @  Qiroah dan Bilal
      @  Seni musik                        
      @  Berpidato dan muhadloroh serta pramuka.
c.   Siswa trampil mengoperasikan komputer program Windows dan Exel dasar mencapai 75%
d.   100% siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta hafal surat-surat pendek minimal 20 surat.
e.   Team seni kontenporer dikembangkan sebagai alat promosi sekolah dan kreasi siswa yang berbakat dan mampu menghidupi kegiatannya.
f.    Mengembangkan materi pembiasaan yang disusun oleh team, sebagai bekal kedisiplinan pribadi siswa.
4.      KETERANGAN
  1. Kepala Sekolah
Sejak berdirinya sampai sekarang sudah mengalami pergantian kepemimpinan 3 (tiga) kali :
1. Periode 1984 – 2003           : H. Imam Syafi’i
2. Periode 2003 – 2007           : Salim, S.Pd.I
3. Periode 2007 – 2013           : Drs. Muhammad Kholid
4. Periode 2013 – sekarang     : Drs. Muh Tarib, M.Pd.I
  1. Pendidik atau Guru
1.      Guru berjumlah                             : 33 orang
-          Laki-laki                                  : 22 orang
-          Perempuan                              : 11 orang
2.      Guru PNS Tetap                           : 18 orang
3.      Guru Kontrak                                : -
4.      Guru Tetap Yayasan                     : 12 orang
5.      Guru Tidak Tetap                          : 15 orang
  1. Latar Belakang Pendidikan
1.      Sarjana S2 Pendidikan                  : 2 orang
2.      Sarjana S1 Pendidikan                  : 28 orang
3.      Sarjana S1 Non Pendidikan          : 2 orang
4.      Sarmud / D III Pendidikan           : 1 orang
5.      Sedang menempuh S1                  : - 10 orang
6.      SLTA Pendidikan dan Non
Pendidikan                                    : 1 orang

  1. Tata Usaha (Karyawan)                      : 5 orang
  2. Sarana dan Prasarana :
1.      Sarana
a.       buku Teks                                : 370 buku
b.      Buku penunjang                      : 1460 buku
c.       Buku bacaan                           : 50 buku
d.      Alat Peraga (IPA,IPS,Mat,
Bahasa, Porkes, Kesenian)
e.       Volume                                   : 13 buah
f.       Kondisi                                   : Cukup
g.      Komputer                                : 7 unit
2.      Prasarana Pendidikan
Tahun pelajaran 2005 / 2006 kami telah memiliki
a. Ruang belajar                            : 12 ruang
b. Ruang perpustakaan                  : -
c. Ruang praktek menjahit            : -
d. Kantor Kepala                          : -
e. Kantor Tata Usaha                    : -
f. Kantor Guru                              : -
g. Kamar mandi/wc                       : 8 ruang
h. Aula                                          : -
i. Ruang computer                         : 1 ruang
  1. Akta Yayasan / sertifikat                    : Ada (terlampir)
  2. Status Tanah                                       : hak milik
  3. Jumlah siswa dalam 5 (lima) tahun terakhir :
Data siswa :
Kelas
Jumlah Siswa
2008/2009
2009/2010
2010/2011
2012/2013
2014/2015
I
II
III



180
142
121
119
172
135
154
119
172
136
131
137
Jumlah

443
426
445
402

1.      Asal usul siswa
a.       Luar Kecamatan                : 30 %
b.      Dalam Kecamatan             : 70 %
2.      Pekerjaan orang tua / wali murid 2006/2007
a.       Pegawai Negeri Sipil         : 5 %
b.      Swasta                               : 14 %
c.       Perangkat Desa                 : 1 %
d.      Petani                                : 80 %
  1. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 yang disempurnakan
  1. Kegiatan BP / BK
Kegiatannya dilakukan oleh guru yang ditunjuk dengan 1 orang koordinator
  1. Perpustakaan
Buku yang ada diperpustakaan cukup tersedia yang bersumber dari Madrasah, siswa dan pemerintah (Paket)

  1. Keuangan
Penggunaan Keuangan menggunakan Sistem Balance Budget dan digunakan sesuai dengan RAPBM dan apabila ada yang di luar itu atas dasar musyawarah komite.
  1. Situasi Umum
MTsN Kauman – Ponorogo cukup strategis karena alasan :
-          Terletak di wilayah Desa Karanglo Kidul Kec. Jambon
-          Di tepi jalan raya Desa Karanglo Kidul Kec. Jambon
-          Tempatnya tenang Asri nan Damai

 
5.      PENUTUP
Demikianlah rangkaian program kegiatan Madrasah Tsanawiyah Negeri Kauman Ponorogo disampaikan. Dan perlu diketahui bahwa sebagian besar program tersebut telah dapat dilaksanakan dengan baik, meskipun sebagian kecil masih perlu penyempurnaan dan peningkatan.


















BAB IV
ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA KASET DAN TAPE RECORDER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB KELAS IX MTsN KAUMAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

a)   Analisis penggunaan media Kaset dan Tape Recorder dalam pembelajaran Bahasa Arab di Mts N Kauman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016
Di MTsN Kauman Ponorogo, dalam pembelajran bahasa arab menggunakan media Kaset dan Tape Recorder khususnya ketika pembelajaran Muhadatsah agar para siswa mampu melafalkan kosa kata Arab sesuai dengan pelafalan orang Arab asli. Hal ini cukup berhasil karena dengan adanya media ini siswa semakin meningkat prestasinya, dan lebih mudah dalam memahami bahasa Arab. Sedangkan bagi guru, media sangat membantu dalam penyampaian materi, materi yang banyak tidak mungkin dapat terselesaikan dengan  hanya disampaikan oleh guru sendiri, dan kemungkinan jika guru saja yang menyampaikan maka pembelajaran akan terlihat monoton dan siswa kurang termotivasi untuk belajar bahasa Arab.
b)   Analisis implementasi pembelajaran  Bahasa  Arab di Mts N Kauman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016
Pembelajaran bahasa Arab di MTsN Kauman Ponorogo sudah cukup baik karena sudah didukung dengan media yang sangat membantu guru dalam penyampaian materi. Sebagian besar siswa sudah dapat memahami apa yang telah disampaikan guru khususnya anak-anak yang didukung dengan ikut sekolah diniyah diluar kegiatan sekolah formal, tetapi sebagian masih ada yang sulit memahami bahasa Arab karena tidak didukung dengan factor tersebut dan lingkungannya yaitu kurangnya motivasi yang mendorongnya untuk belajar bahasa Arab.

c)    Analisis faktor pendukung dan penghambat dalam penggunaan media Kaset dan Tape Recorder untuk meningkatkan keefektifan proses pembelajaran Bahasa Arab di MTsN Kauman Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016
Dalam penggunaan media Kaset dan Tape Recorder di MTsN Kauman Ponorogo banyak factor yang mendukung diantaranya untuk melatih siswa dalam melafalkan kosa kata Arab sesuai dengan lahjah asli orang Arab, mempermudah guru menyampaikan materi, memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran bahasa Arab dan mahir dalam bahasa Arab, dengan media ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedang hambatannya penggunaanya belum kondusif, karena media pembelajaran masih belum lengkap dan masih ada siswa yang kurang termotivasi untuk belajar bahasa Arab.

























BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Di MTsN Kauman Ponorogo, dalam pembelajran bahasa arab menggunakan media Kaset dan Tape Recorder khususnya ketika pembelajaran Muhadatsah agar para siswa mampu melafalkan kosa kata Arab sesuai dengan pelafalan orang Arab asli. Hal ini cukup berhasil karena dengan adanya media ini siswa semakin meningkat prestasinya, dan lebih mudah dalam memahami bahasa Arab. Sedangkan bagi guru, media sangat membantu dalam penyampaian materi, materi yang banyak tidak mungkin dapat terselesaikan dengan  hanya disampaikan oleh guru sendiri, dan kemungkinan jika guru saja yang menyampaikan maka pembelajaran akan terlihat monoton dan siswa kurang termotivasi untuk belajar bahasa Arab.
Pembelajaran bahasa Arab di MTsN Kauman Ponorogo sudah cukup baik karena sudah didukung dengan media yang sangat membantu guru dalam penyampaian materi. Sebagian besar siswa sudah dapat memahami apa yang telah disampaikan guru khususnya anak-anak yang didukung dengan ikut sekolah diniyah diluar kegiatan sekolah formal, tetapi sebagian masih ada yang sulit memahami bahasa Arab karena tidak didukung dengan factor tersebut dan lingkungannya yaitu kurangnya motivasi yang mendorongnya untuk belajar bahasa Arab.
Dalam penggunaan media Kaset dan Tape Recorder di MTsN Kauman Ponorogo banyak factor yang mendukung diantaranya untuk melatih siswa dalam melafalkan kosa kata Arab sesuai dengan lahjah asli orang Arab, mempermudah guru menyampaikan materi, memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran bahasa Arab dan mahir dalam bahasa Arab, dengan media ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedang hambatannya penggunaanya belum kondusif, karena media pembelajaran masih belum lengkap dan masih ada siswa yang kurang termotivasi untuk belajar bahasa Arab.
B.       Saran
Dalam pembelajaran bahasa memang sangatlah urgen media menjadi fasilitas alternative sebagai transformasi ilmu kepada siswa. Hal ini menuntut bagi para pendidik untuk memberi metode pembelajaran bahasa dikelas yang efektif dan efisien. Dan seharusnya memang harus didukung dengan media yang memadai dan yang lengkap agar siswa termotivasi untuk menyukai pelajaran tersebut dan agar siswa mampu berbahasa dengan mahir, dan mampu melafalkan kosa kata dengan baik. Dengan adanya media pembelajaran semakin menyenangkan dan tidak monoton. Hal ini juga bermanfaat bagi guru karena dapat mempermudah dalam penyampaian materi.




















C.    DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2006.
Bogdan dan Biklen, Qualitative Research for Education, An introduction to theory and methods, Boston: Allyn and Bacon, 1982.
Danim, Sudarwan, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: PT. BumiAksara, 2008.
Djamarah, Syaiful Bahri dan  Zain, Aswan,Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Efendi, Mukhlison, Rodliyah, Siti, Ilmu Pendidikan, Ponorogo : PPS PRESS, th.
G  Simpson, E.L,Marriam, S.B,  A.Quide to research for Educators and trainer on adults, Malabar, Florida: Robert E. Krieger Publishing Company, 1984.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Hamid, M. Abdul dkk, PembelajaranBahasa Arab, Malang: UIN Malang Press, 2008.
Ladjid, Hafni, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta:: Quantum Teaching, 2005.
Lincoln dan Guba, Naturalistic Inquiry, (Bevery Hills: SAGE Publications, th.
Lonfland, Analyzing Social Setting, A Guide to Qualitative Observation and Analysis, Belmont, Cal: Wadsworth Publishing Company,1984.
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT. RemajaRosdaKarya, 2008.
Marima, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung : Al-Ma'arif, 1987.
Moleong, Lexy,  Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000.
Mulyasa, E, Kurikulum Berbasis  Kompetensi, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya , 2003.
Mulyasa, E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya , 2007.
Spradley, J.P. Participant Observation, New York: Holt, Rinehart and Winston, 1980.
Wawancara, Pak Jamaludin, kantor guru, pukul 09.00 pagi WIB
















TRANSKIP WAWANCARA

Nama Responden    : Al Ustadz Jamaludin
Tanggal                   : 20-MEI-2016 (sabtu)
Jam                          : 13.00-13.30
Tempat wawancara : Depan Kantor Tata Usaha
Topic wawancara    : Penggunaan Media Kaset dan tape recorder dalam KBM Bhs Arab
Peneliti            : Seberapa penting penggunaan media digital dalam aplikasi   pembelajaran Bahasa Arab ? 
Ustadz            : Menurut pendapat saya sangat penting, sudah tidak asing lagi zamanya siswa siswi saat ini yang tidak mengenal media elektronik atau digital. Seperti hal nya penggunaan tape recorder dan kaset dalam KBM bahasa arab. Dimana motif dominan digunakanya metode pembelajaran seperti ini adalah juga menekankan pada salah satu unsur bahasa arab itu sendiri yakni dalam ketrampilan mendengar. Selain dari pada itu strategi dan metode pembelajaran seperti ini  menjadi hal yang tidak monoton bagi siswa.
Peneliti             : Bagaimana   pemahaman siswa-siswi pada pelajaran bahasa Arab  ketika  Menggunakan media ini ?
Ustadz               : Respon atau tanggapan dari siswa sendiri sangatlah berbeda-beda, sebenarnya  mereka faham akan tetapi karena terbatasnya kosakata arab menjadikan siswa bingung dalam menerjemahkanya. Akan tetapi ada sebahagian  juga siswa yang bisa membaca makna dari maaddah materi dalam tape recoerder tersebut. Bagi siswa-siswi yang sudah hafal akan mufrodzat dalam maaddah mereka semakin bisa focus dalam mendengarkan dan mengerjakan. Begitupun setiap judul ada tema-tema yang baru yang ditemukan siswa untuk lebih tau banyak hal dalam KBM bahasa arab.
Peneliti            : Mungkin adakah beberapa hal yang menjadi semacam kesulitan-kesulitan Bagi anda Yang terjadi pada siswa ketika menggunakan media ini ?
Ustadz      : Tentunya ada, dan ini sebenarnya menjadi semacam evaluasi pada pribadi saya, dikarenakan masih minimnya pemahaman siswa dalam hafalan mufrodzat meskipun mereka dibebankan  untuk membawa kamus arab-indo masih saja mendapatkan kendala dalam pencarian setiap mufrodzatnya. Bahkan disetiap reduksi (kalimat) dalam maddah terdapat dalam kamus, ada yang bentuknya fi`il , fa`il , masdar. Disinilah Menjadi sulit bagi siswa mencari kosakata dalam kamus, memang perlu pengawalan serta bimbingan intens dalam hal seperti ini, Sehingga dalam prosesnya nanti  saya juga  menekankan untuk menghafal kan isi-isi materi dalam setiap maddah nya. Kita usahakan seiring berjalanya waktu sampai menjelang semester minimal per siswa mampu menghafal 100 kosa kata arab dan artinya untuk menunjang kemampuan memahami teks dalam buku ajar.
Peneliti    : Kira – kira dengan hal sedemikian, bagaimana bapak memberi   solusi solutif Terhadap permasalahan diatas ?
Ustadz         : Harus selalu intens dalam evaluasi pasca pembelajaran bahasa arab, kususnya dalam, metode dan strategi dalam setiap pertemuan, kemudian juga dalam pengelolaan kelas yang harus kondusif, pemberian mufrodzat atau kosa kata, pemberian PR , mengadakan muhadatsah disetiap minggunya. Terkadang siswa juga memerlukan inovasi baru pembelajaran pedagogi yang mana menekankan keterlibatan siswa dalam proses KBM. Sehingga tidak adanya kesenjangan komunikasi antara guru dan murid. Untuk selalu tidak malu ketika siswa bertanya kepada Ustadz mengenai bahasa Arab.
Peneliti       :  Adakah perbedaan atau pengaruh bagi siswa setelah menggunakan metode Pembelajaran media ini ?
Ustadz       : Sedikit demi sedikit terlihat ada perbedaan ketika menggunakan media ini, karena setelah materi ini memang diwajibkan bagi setiap siwa untuk menuliskan dalam buku tugas dan mengeksplorkan keteman sebangkunya. Lewat khiwar , muhadatsah, sehingga akan kelihatan bagi siswa yang tidak mengerjakan dan merasa malu jika ada teman yg mengejeknya. Dengan media ini pula siswa mulai focus pada ketrampilan mendengar, kemudian menulis dan berbicara. Seiring berjalanya waktu evaluasi akan dilakukan selama diperlukan.
Peneliti       : Adakah motivasi belajar bagi siswa setelah antum menggunakan metode Media ini ?
Ustadz        : Tidak ada . ini hanya  semacam media dalam strategi dan metode 1 pembelajaran kususnya mapel bahasa Arab.


[1] Ahmad, Marima, Pengantar Filsafat Pendidikan,Bandung : Al-Ma'arif, 1987, hlm 19.
[2] Mukhlison Efendi, Siti Rodliyah, Ilmu Pendidikan, Ponorogo : PPS PRESS, th., hlm 2.
[3]Syaiful Bahri Djamarah dan  Aswan Zain ,Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),136
[4]  Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), 179-180
[5]Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), 22
[6]Wawancara,Anto, kantor guru, pukul 09.00 WIB

[7]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,  Strategi Belajar Mengajar  (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), 55-56.
[8] E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya , 2007), 157.
[9]Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat dalam Lexy Moleong,  Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), 3.

[10]Marriam, S.B., G  Simpson, E.L.,  A.Quide to research for Educators and trainer on adults. (Malabar, Florida: Robert E. Krieger Publishing Company, 1984).

[11]Bogdan dan Biklen,  Qualitative Research for Education, An introduction to theory and methods. (Boston: Allyn and Bacon, 1982, Inc).


[12]Lonfland, Analyzing Social Setting, A Guide to Qualitative Observation and Analysis, (Belmont, Cal: Wadsworth Publishing Company,1984),47. Lihat dalam Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112.

[13] Sugiyono, Metode, 334
[14] Ibid. 335
[15]Analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, field notes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others. (Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain) Lihat dalam  Bogdan dan Biklen,  Qualitative Research for Education, An introduction to theory and methods (Boston: Allyn and Bacon, 1982), 180.
                                                                 
[16]Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting , membuat katagori. Dengan demikian data yang telah direduksiakan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpuklan data selanjutnya.

[17]Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola  yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

[18]Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah  penarikan kesimpulan dan verivikasi. 

[19]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), 55-56.
[20] E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya , 2007), 68.
[21] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 68.
[22] Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta:: Quantum Teaching, 2005), 55.
[23] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis  Kompetensi  (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya , 2003), 48.
[24]AzharArsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2006), 3.
[25] M. Abdul Hamid dkk, PembelajaranBahasa Arab (Malang: UIN Malang Press, 2008), 169

Tidak ada komentar:

Posting Komentar