Minggu, 25 September 2016

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB, UST NASRULLOH



PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
      Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari oleh siswa di madrasah, mulai jenjang dasar hingga jenjang menengah, yaitu mulai jenjang Madrasah Ibtidaiyyah (MI), Madrasah Tsanawiyyah (MTs), hingga Madrasah Aliyah (MA). Posisi mata pelajaran Bahasa Arab dalam kurikulum madrasah semacam ini di satu sisi menunjukkan betapa pentingnya kedudukan Bahasa Arab dalam pendidikan di madrasah karena menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib dikuasai oleh siswa yang menempuh studi di madrasah. Namun di sisi lain, berbagai permasalahan timbul seiring dengan berlangsungnya proses pembelajaran Bahasa Arab di madrasah.
      Di antara berbagai permasalahan yang muncul dalam pembelajaran Bahasa Arab di madrasah dimaksud adalah kesulitan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran Bahasa Arab yang mampu membuat siswa termotivasi untuk belajar Bahasa Arab. Salah satu persoalan yang dihadapi oleh hampir setiap guru Bahasa Arab adalah adanya citra yang muncul di kalangan siswa bahwa Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan menakutkan selain mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Kondisi semacam ini tentu saja berdampak buruk terhadap pembelajaran Bahasa Arab yang diselenggarakan di kelas, terlebih lagi bila dirunut bagaimana hasil belajar yang nantinya akan dihasilkan. Persoalan ini menjadi urgen untuk dicermati karena tidak semua input siswa yang belajar di madrasah memiliki bekal memadai untuk bisa belajar Bahasa Arab dengan baik, khususnya untuk dapat mengejar target kompetensi maupun materi yang harus mereka miliki pada tiap jenjang pendidikan.
      Permasalahan rendahnya motivasi siswa dalam belajar Bahasa Arab sebagaimana uraian di atas dijumpai pada hamper setiap pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah. Sehubungan dengan adanya hal ini, maka dipandang perlu dilakukan suatu kajian yang nantinya dapat memberikan referensi atau berbagai alternatif pembelajaran yang diharapkan dapat lebih membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar Bahasa Arab. Salah satu bidang yang dipandang memungkinkan untuk dilakukan pengkajian adalah pemanfaatan permainan dalam pembelajaran Bahasa Arab.( اللعب في تعليم اللغة العربية) Pemanfaatan permainan dalam pembelajaran Bahasa Arab ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Dengan meningkatnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Arab, diharapkan pembelajaran yang berlangsung di kelas akan menjadi lebih berkualitas, sehingga pada akhirnya out put dari pembelajaran yang berlangsung dapat menghasilkan kompetensi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Standar Isi pembelajaran Bahasa Arab.
Bertolak dari fakta tersebut, para pakar pendidikan pada akhirnya mengakui perlunya pemanfaatan permainan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran atau sebagai alternatif teknik pembelajaran. Dalam permainan, seseorang akan merasa terlibat dan terpanggil untuk mengatasi kesulitan dan memecahkan masalah. Yang lebih penting lagi, dalam permainan, seseorang akan memperoleh kesenangan, hal ini akan berdampak positif terhadap aktifitas lain yang dilakukan. Adapun aktifitas yang dimaksud di sini adalah kegiatan mengatasi dan memecahkan masalah akan berlangsung dalam suasana keceriaan dan tanpa tekanan. Hal ini menunjukkan bahwa melalui permainan, seseorang dapat bermain sambil belajar, atau sebaliknya dapat belajar sambil bermain. Melalui permainan, pemerolehan informasi dan perubahan tingkah  laku dapat terjadi secara alamiah, tanpa tekanan dari pihak luar. Sehingga makalah ini mencoba untuk sedikit membahas masalah yang berkenaan dengan pembelajaran bahasa Arab berbasis permainan.


B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, beberapa permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Arab yang dapat diidentifikasi antara lain :
  1. Minat dan motivasi siswa dalam belajar Bahasa Arab relatif masih rendah.
  2. Guru Bahasa Arab mengalami kesulitan dalam memilih metode pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap berbagai permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Arab tersebut di atas, maka permasalahan utama yang akan diungkap dalam kajian ini dirumuskan sebagai berikut :
  1. Bagaimana cara meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa dalam belajar Bahasa Arab?
  2. Bagaimana memanfaatkan permainan dalam pembelajaran Bahasa Arab?
  3. Apa saja permainan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Arab ?







PEMBAHASAN
A.    Prinsip-prinsip pengajaran Bahasa Arab
Disini ada beberapa prinsip dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab dimana hal ini nanti akan juga agar lebih memudahkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Diantaranya adalah PrinsipIPrioritas
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, ada prinsip-prinsip prioritas dalam penyampaian materi pengajaran, yaitu; pertama, mengajarkan, mendengarkan, dan bercakap sebelum menulis. Kedua, mengakarkan kalimat sebelum mengajarkan kata. Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.[1]
1.      Mendengar dan berbicara terlebih dahulu daripada menulis. Prinsip ini berangkat dari asumsi bahwa pengajaran bahasa yang baik adalah pengajaran yang sesuai dengan perkembangan bahasa yang alami pada manusia, yaitu setiap anak akan mengawali perkembangan bahasanya dari mendengar dan memperhatikan kemudian menirukan. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan mendengar/menyimak harus lebih dulu dibina, kemudian kemampuan menirukan ucapan, lalu aspek lainnya seperti membaca dan menulis.
2.      Mengajarkan kalimat sebelum mengajarkan bahasa. Dalam mengajarkan struktur kalimat, sebaiknya mendahulukan mengajarkan struktur kalimat nahwu, baru kemudian masalah struktur kata sharaf. Dalam mengajarkan kalimat jumlah sebaiknya seorang guru memberikan hafalan teks atau bacaan yang mengandung kalimat sederhana dan susunannya benar. Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru bahasa Arab dapat memilih kalimat yang isinya mudah dimengerti oleh peserta didik dan mengandung kalimat inti saja, bukan kalimat yang panjang (jika kalimatnya panjang hendaknya di penggal – penggal).
3.      Dalam tahap awal pembelajaran, siswa terlebih dahulu diperkenalkan dengan kosa kata yang lebih akrab dalam sehari-hari. Hal ini bertujuan agar kata-kata tersebut dapat dipergunakan secara langsung dalam percakapannya. Sehingga memudahkan siswa untuk mengingatnya. Siswa terlebih dahulu di hadapkan dengan bahasa yang di kenal sehari hari sebelum diperkenalkan dengan bahasa sesuai dengan penutur aslinya., agar memudahkan siswa pada tahap berikutnya. Karena siswa sudah terlebih dahulu diperkenalkan dengan bahasa yang akrab dengan kesehariannya, maka akan mempermudah guru pada tahap perkanalan bahasa sesuai dengan penutur aslinya. Dengan demikian proses pengenalan bahasa pada anak akan berjalan dengan sistematis.[2]

Berangkat dari beberapa prinsip diatas maka Secara umum, memang pembelajaran bahasa, termasuk Bahasa Arab, ditujukan untuk melatih empat keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak (istima’), keterampilan berbicara (kalam), keterampilan membaca (qira’ah), dan keterampilan menulis (kitabah). Masing-masing keterampilan tersebut memiliki karakteristik dan juga target pembelajaran yang berbeda, namun dalam proses pembelajaran, akan sulit memisahkan antara satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, karena empat keterampilan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran bahasa. Dengan kata lain, tidak mungkin melatihkan satu keterampilan tertentu tanpa melatihkan keterampilan yang lain, sekalipun keterampilan tersebut bukan keterampilan yang akan dilatihkan. Sekalipun demikian, hal ini tidak perlu menimbulkan kebingungan bagi guru yang akan menyelenggarakan pembelajaran Bahasa Arab, karena situasi tersebut merupakan suatu situasi dan juga proses yang alamiah, bahwa pada saat orang sedang berbahasa (ataupun belajar berbahasa), maka seluruh aspek kebahasaan akan berperan dan saling menunjang dalam aktivitas tersebut, antara satu keterampilan dengan keterampilan yang lain.[3]
      Berpijak pada perbedaan tujuan akhir dari latihan keterampilan berbahasa Arab, maka proses pembelajaran yang berlangsung di kelas tentu memiliki fokusnya masing-masing, sesuai dengan jenis keterampilan yang akan dilatihkan. Sehubungan dengan pemanfaatan permainan dalam pembelajaran Bahasa Arab, berikut ini ditampilkan beberapa bentuk permainan yang dapat dijadikan alternatif oleh guru dalam memotivasi siswa dalam belajar.[4]
1. Permainan Untuk Latihan Keterampilan Menyimak (Istima’)
      Keterampilan menyimak (istima’) merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang menggunakan kemampuan indera pendengaran sebagai penopangnya. Latihan pengenalan ini sangat penting dilakukan karena sistem tata bunyi bahasa Arab banyak memiliki perbedaan dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang telah dikenal oleh siswa.
      Sekalipun latihan menyimak (istima’) bertujuan melatih kemampuan siswa dalam mendengar, namun dalam praktiknya selalu diikuti dengan latihan pengucapan (peniruan) dan juga latihan pemahaman. Bahkan latihan yang disebut terakhir inilah yang sesungguhnya menjadi tujuan akhir latihan keterampilan menyimak (istima’). Ini berarti bahwa setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, siswa kemudian dilatih untuk mengucapkan dan memahami makna yang terkandung dalam ujaran tersebut. Dengan semikian, pembelajaran keterampilan menyimak (istima’) sekaligus melatih dasar-dasark kemampuan reseptif dan produktif.
      Beberapa permainan bahasa yang dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak (istima’) antara lain adalah permainan Apa Ini Apa Itu?; Lakukan Perintah; dan Teka-Teki. Adapun prosedur dari beberapa permainan tersebut adalah sebagai berikut:
A. Apa Ini Apa Itu?
Tujuan :
Melatih siswa menangkap makna kosa kata baru berdasarkan konteks.
Prosedur :
  • Berikan waktu beberapa menit untuk menulis deskripsi singkat suatu objek yang nanti harus ditebak oleh siswa yang lain. Objek tersebut mempunyai kategori yang spesifik, misalnya binatang, makanan, pakaian, ruang kelas, kamar tidur, dsb.
  • Deskripsi tersebut terdiri atas empat kalimat, diawali dari yang paling umum menuju ke detil, sehingga dapat ditebak.
  • Siswa diminta menebak objek secepat mungkin, begitu suatu kalimat deskriptor diperdengarkan. Siswa yang dapat menebak dengan benar setelah kalimat pertama diperdengarkan memperoleh skor. Siswa yang memperoleh skor terbanyak adalah pemenangnya.[5]
B. Lakukan Perintah
Tujuan : Melatih siswa memahami instruksi lisan.
Prosedur :
  • Guru menyiapkan sejumlah perintah berantai.
  • Setiap siswa diberi tugas menyiapkan perintah berantai dengan di beri contoh lebih dulu oleh guru.
  • Guru membacakan perintah berantai yang telah disiapkan (dua kali).
  • Guru meminta seorang siswa melakukan perintah tersebut.
  • Jika seorang siswa dapat mengerjakan perintah tersebut dengan benar, ia berhak mengeluarkan perintah yang telah di siapkan yang telah di siapkan untuk dikerjakan oleh siswa yang lainnya.
  • Jika siswa yang di tunjuk tidak dapat mengerjakan dengan benar secara keselruhan, guru menawarkan kepada siswa lainnya
  • Jika sejumlah siswa sudah maju, namun belum ada yang mengerjakan dengan benar perintah terdebut di perdengarkan lagi sehingga mereka dapat menemukan kekeliruannya.
C. Teka-Teki
Tujuan :
Melatih siswa memahami pesan lisan sederhana.
Prosedur :
  • guru menyiapkan sejumlah teka-teki beserta jawabannya.
  • Guru memperdengarkan salah satu taka-teki yag telah disiapkan, baik menggunakan kaset maupun secara lisan.
  • Bagi siswa yang mengetahui jawabannya diminta menganggkat tangan dan mengemukakan jawabannya.[6]

 2. Permainan Untuk Latihan Keterampilan Berbicara (Kalam)
      Keterampilan berbicara (kalam) merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian dan komunikasi timbal balik dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.[7]
      Pembelajaran keterampilan berbicara (kalam) di kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yaitu antara pembicara dan pendengarnya secara timbal balik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa latihan keterampilan berbicara (kalam) terlebih dahulu harus didasari dengan kemampuan mendengarkan, kemampuan mengucapkan, dan penguasaan relatif kosa kata serta ungkapan yang memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan maksud, gagasan atau fikirannya. Diantaranya :
A. Berbicara Spontan
Tujuan :
Melatih siswa berbicara secara spontan dalam bahasa Arab
Prosedur :
  • Guru menyiapkan sejumlah lipatan kertas kecil. Pada tiap kertas ditulis suatu topik tertentu sesuai dengan kemampuan, pengalaman, dan usia siswa.
  • Salah satu siswa diminta mengambil satu lipatan kertas secara acak dan membaca topik yang tertulis dalam lipatan kertas tersebut.
  • Siswa diminta langsung memulai berbicara tentang topik tersebut (tanpa diberi kesempatan untuk menyiapkan lebih dulu apa yang akan dibicarakannya).
  • Kesempatan berbicara tersebut diberi alokasi waktu selama 3 – 5 menit.
  • Agar lebih memotivasi siswa, pembicaraan mereka dapat direkam. Keuntungan perekaman ini adalah siswa dapat memutar dan menyimak kembali pembicaraannya. Dengan demikian, siswa dapat berlatih mengenali kemampuan dan sekaligus mengoreksi pembicaraan mereka.[8]
B. Gambar Berilham
Tujuan :
Mengembangkan kemahiran berdialog.
Prosedur :
  • Guru dan siswa membawa guntingan gambar apa saja yang diambil dari majalah, koran, maupun sumber-sumber yang lain.
  • Guru memberi contoh dalam menggunakan potongan-potongan gambar yang dibawa sebagai media dialog sebagaimana halnya seorang dalang sedang mendialogkan wayang.
  • Guru meminta masing-masing siswa mencoba mendialogkan gambar yang mereka bawa sebebas mungkin sesuai dengan kemampuan mereka.
  • Setelah latihan individual dirasa cukup, guru meminta salah seorang siswa mendialogkan gambar-gambar yang dibawa di depan kelas.[9]

3. Permainan Untuk Latihan Keterampilan Membaca (Qira’ah)
      Keterampilan membaca (qira’ah) memiliki dua aspek. Pertama, mengubah lambang tulis menjadi lambang bunyi, dan kedua, menangkap seluruh situasi yang dilambangkan oleh lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut. Adapun inti dari pembelajaran keterampilan membaca (qira’ah) terletak pada aspek yang kedua. Meskipun demikian, ini tidak berarti bahwa keterampilan dalam aspek yang pertama menjadi tidak penting, justru sebaliknya, keterampilan dalam aspek yang pertama merupakan dasar dari aspek yang kedua. Satu hal yang perlu dipahami, secara umum, tujuan akhir dari pembelajaran keterampilan membaca (qira’ah) adalah agar siswa memiliki keterampilan membaca dan memahami teks-teks berbahasa Arab, bukan hanya teks yang sudah dipelajarinya, namun juga teks-teks baru yang ditemuinya di kehidupan nyata.[10]
       Berdasarkan tujuan keterampilan membaca (qira’ah) tersebut di atas, maka permainan bahasa yang dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan membaca (qira’ah) adalah seperti permainan Cahaya Bertanya, Mengurutkan Cerita. Secara rinci prosedur dari permainan-permainan tersebut dipaparkan sebagai berikut:
A. Cahaya Bertanya
Tujuan :
Melatih keterampilan siswa dalam membaca cepat
Prosedur :
  • Guru menyiapkan beberapa pertanyaan pada transparan/slide presentasi dan jawaban ditulis pada selembar kartu (tiap jawaban ditulis pada 2 kartu).
  • Kelas dibagi menjadi 2 kelompok.
  • Guru membagikan 1 set kartu jawaban pada tiap kelompok.
  • Guru memperlihatkan salah satu pertanyaan melalui tayangan OHP/LCD secara cepat/sepintas.
  • Kedua kelompok diminta berlomba secara cepat membaca pertanyaan tersebut, kemudian menemukan jawabannya pada kartu jawaban yang mereka miliki.
  • Kelompok yang lebih dulu menemukan jawaban dipersilakan membaca jawabannya dengan suara keras.
  • Jika jawaban yang dikemukakan salah, maka hak membaca dialihkan pada kelompok yang lain.
B. Mengurutkan Cerita
Tujuan :
Melatih kerjasama siswa dalam membaca dan memahami suatu teks.
Prosedur :
  • Guru menyiapkan beberapa teks cerita yang terdiri dari beberapa paragraf.
  • Tiap cerita dibagi menjadi empat bagian (usahakan panjang teksnya setara). Selanjutnya, tiap cerita tersebut ditulis pada kartu yang berbeda warna.
  • Kartu-kartu cerita tersebut dibagikan kepada siswa.[11]
  • Setelah berkumpul sesuai dengan warna kartu, siswa diminta untuk secara bergantian membaca isi potongan teks dalam kartu masing-masing.
  • Setelah semua teks terbaca, siswa diminta bekerja sama untuk mengurutkan potongan-potongan cerita yang mereka baca.
  • Setelah potongan teks berhasil disusun menjadi teks cerita yang utuh, siswa diminta untuk membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
  • Permainan dilanjutkan pada kelompok lain yang memiliki warna kartu berbeda.[12]
4. Permainan Untuk Latihan Keterampilan Menulis (Kitabah)
      Sebagaimana halnya keterampilan memabaca (qira’ah), keterampilan menulis (kitabah) juga mempunyai dua aspek, namun dalam konteks yang berbeda. Aspek pertama dalam keterampilan menulis (kitabah) adalah keterampilan membentuk huruf dan menguasai ejaan, sedangkan aspek yang kedua adalah keterampilan mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui tulisan. Adapun inti dari keterampilan menulis (kitabah) terletak pada aspek yang kedua. Oleh karena itu, latihan keterampilan menulis (kitabah) juga harus disesuaikan dengan kedua aspek tersebut, yaitu dimulai dengan melatih keterampilan siswa dalam membentuk huruf-huruf Arab, dan selanjutnya melatih keterampilan siswa dalam mengungkapkan gagasan mereka melalui tulisan, dengan tahapan-tahapan yang logis.[13]
      Untuk latihan keterampilan menulis (kitabah) ini, mengemukakan bahwa permainan bahasa yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan menulis (kitabah) siswa antara lain adalah permainan Bertanya Dan Menjawab; Mencipta Kalimat; Mengisi Huruf Yang Hilang; Mengisi Pesan Gambar; dan Satu Kata Modal. Adapun prosedur dari masing-masing permainan tersebut adalah sebagai berikut.
A. Bertanya dan Menjawab
Tujuan :
Mengembangkan keterampilan menulis pertanyaan.
Prosedur :
  • Guru menyiapkan kartu kosong berukuran 3×7 cm sejumlah siswa, kemudian kelas dibagi menjadi 2 kelompok atau kelipatannya (2, 4, 6, dst.) dengan 5 anggota tiap kelompok.
  • Guru membagikan kartu pada tiap anggota kelompok.
  • Tiap anggota kelompok diminta membuat satu pertanyaan mengenai teks pelajaran yang sedang dipelajari. Dengan demikian, tiap kelompok membuat 5 pertanyaan.
  • Setelah selesai, kartu pertanyaan dari tiap kelompok tersebut diberikan kepada kelompok lain secara silang, dan harus dipastikan bahwa tiap anggota kelompok memperoleh satu pertanyaan.
  • Tiap anggota kelompok diminta untuk membuat/menulis jawaban dari pertanyaan yang diperolehnya.
  • Guru mengajak siswa membahas setiap pertanyaan dan jawaban dengan diawali dari pembacaaan oleh pemegang kartu. Setelah itu, siswa pemegang kartu diminta untuk menulis pertanyaan dan jawabannya di papan tulis.[14]

B. Mencipta Kalimat
Tujuan :
Mengembangkan keterampilan membuat kalimat.
Prosedur :
  • Guru menyiapkan kertas untuk seluruh siswa yang berisi tulisan suatu kosa kata yang ditulis secara vertikal dalam dalam dua lajur. Satu lajur ditulis dengan urutan ejaan yang benar, dan lajur yang lain ditulis dengan urutan ejaan terbalik.
  • Guru membagikan kertas yang telah disiapkan pada siswa.
  • Siswa diminta membuat kalimat yang dimulai dengan huruf di sebelah kanan dan diakhiri dengan huruf di sebelah kiri.
  • Setelah selesai, siswa diminta membacakan kalimat yang berhasil mereka buat secara bergantian.
  • Jika memungkinkan, usahakan semua siswa mendapat kesempatan untuk membacakan kalimatnya.
  • Siswa yang berhasil membuat kalimat terpanjang, dialah pemenangnya.
 C. Mengisi Huruf Yang Hilang
Tujuan :
Melatih keterampilan menulis huruf.
Prosedur :
  • Guru menulis satu kalimat lengkap berulang-ulang ke bawah pada selembar kertas. Pada tiap kalimat (selain kalimat pertama) ada huruf tertentu yang dihilangkan, yaitu huruf yang akan dilatihkan Setelah siap, kertas tersebut digandakan sejumlah siswa.
  • Kertas berisi tulisan tersebut kemudian dibagikan kepada siswa.
  • Guru meminta beberapa siswa membaca kalimat pertama secara bergantian.
  • Semua siswa diminta melengkapi huruf yang hilang dengan memperhatikan contoh pada kalimat pertama.
  • Setelah semua siswa selesai, guru mengajak mereka untuk mengoreksi pekerjaan mereka dengan menunjukkan cara melengkapi kalimat tersebut di papan tulis. Pada kesempatan ini, guru mengajarkan bagaimana teknik penulisan huruf yang benar.[15]










KESIMPULAN
Berdasarkan kajian serta pembahasan terhadap pembelajaran bahasa arab berbasis yang ada, maka dari sini dapat disimpulkan bahwa :
  1. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para guru untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar bahasa Arab adalah dengan memanfaatkan berbagai macam permainan kebahasaan.
  2. Dalam memanfaatkan permainan kebahasaan tersebut, para guru perlu memperhatikan karakteristik materi pelajaran agar dapat menentukan permainan kebahasaan yang tepat.
  3. Pemanfaatan permainan kebahasaan dikelompokkan menjadi empat bagian sesuai dengan empat aspek pembelajaran bahasa Arab, yaitu permainan kebahasaan untuk menunjang pembelajaran keterampilan mendengar (istima’), permainan kebahasaan untuk menunjang pembelajaran keterampilan berbicara (kalam), permainan kebahasaan untuk menunjang pembelajaran keterampilan membaca (qiroah), dan permainan kebahasaan untuk menunjang pembelajaran keterampilan menulis (kitabah).







DAFTAR PUSTAKA
Abdulmajid, S. 1981. Ta’limu al-Lughah al-Hayyah wa Ta’limuha. Maktabah Lubnan.
Arsyad, Azhar. 1999. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Asrori, Imam, 2009. Aneka Permainan, Penyegar Pembelajaran Bahasa Arab. Surabaya: Hilal Pustaka.
Effendi, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Handoko, M. dan Riyanto, T.. 2006. Seratus Permainan Penyegar Pertemuan. Yogyakarta : Kanisius.
Hidayat, Z.A. dan Tatang, S.M. 1980. Permainan, Simulasi, Main Peran dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta : P3G Depdikbud.
Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Grasindo.
Zaenuddin, Radliyah, Metodologi Dan Strategi Alternative Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group.
Sudjana, Nana, Media Pengajaran (Penggunaan Dan Pembuatan), Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001.
Wahab Rosyidi, Abdul, 2009, Media Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Malang Press.
Zaenuddin, Radliyah, Metodologi Dan Strategi Alternative Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group.


[1] . Abdulmajid, S.. Ta’limu al-Lughah al-Hayyah wa Ta’limuha.( Maktabah Lubnan 1981), h 76.
[2] . Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1999), h 176.
[3] . Asrori, Imam,. Aneka Permainan, Penyegar Pembelajaran Bahasa Arab. (Surabaya: Hilal Pustaka 2009), h 122.
[4] . Ibid Asrori, Imam., h 124
[5] . Handoko, M. dan Riyanto, T... Seratus Permainan Penyegar Pertemuan. (Yogyakarta : Kanisius 2006), h 89.

[6] . Handoko, M. dan Riyanto, T... Seratus Permainan Penyegar Pertemuan. (Yogyakarta : Kanisius 2006), h 90.

[7] . Effendi, Ahmad Fuad.. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. (Malang: Misykat 2009), h 130
[8] . Ibid., h 133
[9] . Handoko M dan Riyanto., seratus permainan penyegar pertemuan  (Yogyakarta Kanisius : 2006), h 95.
[10] . Hidayat, Z.A. dan Tatang, S.M.. Permainan, Simulasi, Main Peran dalam Pengajaran Bahasa. (Jakarta : P3G Depdikbud 1980), h 192

[11] . Tedjasaputra, Mayke S.. Bermain, Mainan, dan Permainan. (Jakarta: Grasindo 2001), h 211
[12] . Tedjasaputra, Mayke S.. Bermain, Mainan, dan Permainan. (Jakarta: Grasindo 2001), h 211
[13] . Hidayat, Z.A. dan Tatang, S.M. 1980. Permainan, Simulasi, Main Peran dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta : P3G Depdikbud.
[14] . Zaenuddin, Radliyah, Metodologi Dan Strategi Alternative Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group 2007), h 154

[15] .Zaenuddin, Radliyah, Metodologi Dan Strategi Alternative Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group 2007), h 158

Tidak ada komentar:

Posting Komentar